Ciliwung Recovery Program (CRP), merupakan proyek yang bertujuan memurnikan sungai Ciliwung ke bentuk asalnya. Melalui sistem baru di dalam bangunan dan memanfaatkan limbah sungai sebagai bahan bakunya, CRP diharapkan mampu menjadi generator perbaikan lingkungan bagi kota Jakarta.
Dalam CRP terdapat tiga garis utama proses memurnikan sungai Ciliwung, garis pertama adalah mengalirkan aliran sungai Ciliwung yang tercemar ke dalam bangunan melalui pipa-pipa kapiler dengan memanfaatkan sistem bejana berhubungan untuk mengangkatnya menuju ke bagian pengolahan limbah. Pada tahap ini, air sungai dipisahkan dari sampah, sampah ini yang akan dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanah di sekitar aliran sungai, sedangkan air sungai yang bebas sampah diolah ke tahap selanjutnya atau dialirkan kembali ke aliran sungai.
Garis kedua merupakan tahap pemurnian air sungai melalui penambahan berbagai mineral agar air dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari bagi penghuni bangunan, yang tak lain adalah penghuni permukiman kumuh di sepanjang Sungai Ciliwung. Pemindahan penghuni bantaran sungai ke dalam bangunan CRP bertujuan untuk membuka dan memperluas daerah aliran sungai Ciliwung yang akan dipersiapkan menjadi ruang-ruang terbuka hijau baru bagi kota Jakarta.
Garis ketiga merupakan pengolahan kembali produk limbah rumah tangga tersebut menjadi air yang layak untuk dikembalikan ke aliran sungai Ciliwung. Sebagian air sungai olahan tersebut didistribusikan ke tanah-tanah di sekitar aliran sungai Ciliwung melalui dua cara. Cara pertama melalui pipa-pipa kapiler di bawah tanah yang tidak hanya membawa air, tetapi juga pupuk yang dihasilkan pada garis pertama. Pipa-pipa kapiler ini terhubung dengan menara generator yang berada di sekitar tanah-tanah yang mengalami kerusakan, dan menciptakan sebuah lingkungan baru yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Cara kedua distribusi air memanfaatkan ketinggian bangunan CRP, dengan cara menyemprotkan air olahan melalui kulit bangunan. Semprotan air dari ketinggian ini menimbulkan kelembaban di bagian bawah bangunan yang memicu tumbuhnya tanaman perintis yang nantinya mampu memberi kontribusi besar bagi terciptanya sebuah ekosistem baru yang dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Berbagai ekosistem ini yang nantinya akan menciptakan iklim mikro yang baik bagi kota Jakarta, sekaligus sebagai jawaban atas berkurangnya banyak ruang terbuka hijau di seluruh dunia yang menimbulkan pemanasan global.
Bangunan CRP ini memanfaatkan ketinggiannya untuk menghasilkan energi bagi dirinya sendiri, termasuk penggunaan sistem teknologi pasif di dalam bangunannya. Kulit bangunan dirancang dengan banyak lapisan, dimana lapisan terluar yang banyak memperoleh angin, dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga angin. Untuk pembangkit listrik tenaga surya, di pucak gedung terdapat solar reactor raksasa. Untuk transportasi vertikal, bangunan CRP menggunakan Archimedes Lift yang memanfaatkan prinsip Archimedes. Lift akan bergerak naik dan turun sesuai dengan hukum dengan mengakomodasi berat jenisnya. Sisa energi yang dihasilkan dari bangunan CRP ini juga akan didistribusikan ke bangunan-bangunan di sekitar sungai Ciliwung.
wah, keren nih. TOP BGT! Semoga tidak berhenti sekedar menjadi konsep yang menang perlombaan dan "eksis" di dunia maya, tapi benar2 bisa difollow up untuk memperbaiki lingkungan Ciliwung.