miti bar

Tuesday, December 29, 2009

APA YANG DIBERIKAN MAHASISWA UNTUK BANGSA

Oleh Randi Muchariman S.I.P
(belum setahun lulus dari UGM)

Agar tulisan ini dipahami dengan tepat, kami akan tentukan dahulu makna variabel yang ada dalam judul tulisan ini. Merumuskan definisi atau memberikan makna terhadap setiap nama (kata) sangat penting artinya untuk memberikan persepsi atau informasi konsep sebelum masuk dalam sebuah rumusan pernyataan atau pendapat. Karena setiap kata sesungguhnya diberi makna oleh yang membuat kata itu sendiri. Artinya, penyangkalan terhadap makna kata yang diberikan oleh yang membuat kata itu sama artinya dengan menyalahi maksud dan arti sesungguhnya dari setiap makna yang akan diutarakan oleh pembuat kata-kata.
Kata-kata memang sering memiliki banyak arti atau pandangan terhadapnya. Setidaknya setiap orang mempunyai kesan yang berbeda untuk setiap kata sesuai dengan informasi yang dimilikinya serta pengalaman dan pembayangan terhadap kata tersebut. Untuk berfikir seorang manusia harus memiliki informasi terlebih dahulu terhadap apa yang akan difikirkannya. Sekarang, kami akan kemukakan maksud dari kata-kata yang ada dalam judul di atas. Yakni kata bangsa, mahasiswa, dan kontribusi (yang diberikan).


Bangsa bila kita terjemahkan ke dalam bahasa Inggris maka akan berbunyi nation. Istilah nation itu sendiri sesungguhnya satu kata yang lahir dan berkembang maknanya dalam perkembangan peradaban Barat pasca Renaisance. Lebih jauh, kata nation tersebut berasal sumbernya dari masa Yahudi kuno di Abad ke 3 SM dan kemudian muncul kembali secara tiba-tiba pada abad ke 17 di Inggris.

Perkembangan makna nation sangat dipengaruhi oleh gelombang kebebasan berfikir yang dialami Barat setelah sekitar 1000 tahun lebih ditindas dan dibelenggu oleh kekuasaan tangan besi pemerintahan teokrasi Gereja Eropa. Di bawah bayang-bayang kekejaman inquisisi, Eropa saat itu dikuasai secara pasti oleh kekuasaan Gereja yang menentukan segala nilai christian religion yang mengikat paksa orang-orang Eropa. Penguasaan Gereja terhadap Eropa dilakukan dengan cara memusuhi setiap raja-raja di Eropa yang tidak mau tunduk terhadap peraturan Gereja. Setiap pembangkangan terhadap aturan Gereja, maka Gereja akan menyita tanah mereka, dan daerah kekuasaan terbuka untuk direbut oleh siapa saja yang berhasil dihasut oleh Gereja untuk melakukannya. 

Keluar dari zaman kegelapan tersebut, terutama untuk membebaskan diri dari kekuasaan teokratis (pemerintahan Gereja) maka para pemikir Eropa pada zaman kebangkitan Eropa awal merumuskan bahwa pemerintahan harus diberikan kepada pemerintahan sipil. Kemudian berkembang ajaran humanisme, maka munculah satu pemikiran penting yang mengisyaratkan bahwa setiap bangsa harus memerintah bangsanya sendiri. Karena Eropa sudah trauma dengan agama (religion) yang selama seribu tahun lebih mengikat mereka dalam satu pemerintahan yang tiran, Eropa mencari satu ikatan baru yang mampu menyatukan masyarakat asalkan bukan agama (religion). Maka lahir kembali lah pemikiran nasionalisme yang digali dari pemikiran Yahudi kuno abad ke 3 sebelum masehi.

Nasionalisme inilah yang akhirnya menyekat kehidupan masyarakat dalam sebuah pengaturan dan identitas bangsa. Bangsa Jerman membuat sendiri negara untuk bangsa Jerman. Bangsa Inggris membuat sendiri negara untuk bangsa Inggris dan begitu pun yang lain seterusnya membentuk negara untuk bangsanya sendiri. Selain suku (geneologi) untuk menentukan kriteria bangsa, mereka pun menjadikan bahasa sebagai salah satu kriteria mendasar untuk membagi bangsa-bangsa.

Peranan bahasa penting artinya dalam pembentukan bangsa-bangsa itu. Setelah kekuasaan Gereja semakin melemah, penggunaan bahasa latin sebagai bahasa bagi seluruh Eropa pun semakin melemah. Gantinya, tiap-tiap bangsa menggunakan bahasa ibunya masing-masing dalam pergaulan intelektual (tulisan) mereka. Mulailah dicetak dalam jumlah yang besar injil dalam bahasa-bahasa selain latin.

Perkembangan paham nasionalisme atau kebangsaan ini terus berkembang hingga ketika bangsa Eropa melakukan penjajahan di berbagai belahan bumi mereka pun turut serta membawa ajaran ini ke tanah jajahannya. Belanda membawa paham itu ke tanah jajahannya yang waktu itu bernama Hindia Belanda. Inggris membawa paham itu ke tanah jajahannya yang waktu akhirnya nanti bernama Malaysia dan Singapura. Begitupun Amerika membawanya ke Philipina.

Ketika penjajah Eropa membawa paham itu ke tanah jajahannya, nasionalisme sudah semakin berkembang ajarannya. Ernest Renan, sebagai seorang pemikir nasionalisme yang terkenal merumuskan bahwa ikatan nasionalisme tidak saja bisa diikat oleh bahasa atau geneologi, namun juga bisa dibentuk oleh sejarah atau penderitaan yang sama yang sebelumnya pernah dialami oleh orang-orang yang mendiami sebuat tempat tertentu.

Singkatnya, nasionalisme telah mewujud menjadi ajaran yang canggih yang memuat serangkaian argumentasi dan pembenaran atas segala asumsinya. Sebagian orang menganggap dan telah menetapkan nasionalisme sebagai ajaran yang mensyahkan sebuah pembunuhan atas namanya. Ajaran itu pula telah menjadi pengikat bagi orang-orang untuk saling berkasih sayang. Memang, sesuai dengan maksud awal kelahiran paham itu untuk keluar dari religion (religere yang berarti mengikat) Kristen dan membangun ikatan baru yang membebaskan, maka setiap pengikatan terhadap nasionalisme dianggap sebagai pembebasan manusia menuju kepada kebahagiaan. Dan setiap yang menolak hal itu, dianggap sebagai pemasungan terhadap kebebasan manusia untuk mencapai kebahagiaannya.

Sampai hari ini, nasionalisme yang telah melahirkan dan membentuk makna kata bangsa telah diketahui secara meluas. Indonesia dikatakan sebagai sebuah bangsa. Malaysia dikatakan sebagai sebuah bangsa. Thailand dikatakan sebagai sebuah bangsa. Sebagian orang membela mati-mati an bangsa itu. Salah atau benar yang penting untuk bangsa. Bahkan apapun untuk kepentingan bangsa adalah benar.
Setelah kami paparkan makna bangsa dari sejarah dan maknanya, maka kita harus jeli dan mampu menentukan maksud penggunaan kata bangsa ini secara tepat. Apakah makna kata bangsa yang kita pergunakan tersebut adalah sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan di atas? Ataukah kita akan menggunakan kata bangsa sebagai terjemahan dari kata ummat (bahasa arab), dengan sejarah dan segala makna yang terkandung di dalamnya.
Berhubung tulisan ini tidak dalam kerangka membahas secara lebih mendalam hal itu, maka cukuplah disini kami bebaskan pilihan kepada pembaca untuk memilih makna kata bangsa tersebut dengan cara memberikan kata tambahan setelah kata bangsa. Apakah bangsa Indonesia, bangsa Melayu, atau bangsa Islam atau bangsa yang lainnya. Dengan  pilihan itu, setidaknya kami memberikan kesempatan kepada pembaca untuk merenungi kembali setiap motivasi, argumen, dan identifikasi internal terhadap kata bangsa tersebut. Bagaimanakah selama ini kita memahaminya? Dimakah selama ini kita meletakannya? Dan mengapa selama ini kita mengucapkannya? Hingga, untuk apa artinya kita membicarakannya?

Kata yang kedua adalah mahasiswa. Banyak orang mengatakannya sebagai agent perubahan, memiliki ide-ide cemerlang dan kapasitas intelektual, pembangun peradaban, hingga kata-kata lainnya yang menunjukan kepahlawanan mahasiswa. Disebutlah mahasiswa sebagai pengawal kemerdekaan republik Indonesia tahun 45, meruntuhkan rezim orde lama tahun 65, hingga melahirkan reformasi dan meruntuhkan rezim orde baru tahun 98.

Semua itu, pada dasarnya adalah sebuah atribu yang melekat pada mahasiswa. Sama halnya dengan kata mahasiswa itu sendiri yang hanyalah berarti sebuah atribut dalam difrensiasi sosial yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa pada dasarnya sama dengan kata pedagang, petani, atau pemulung sampah.
Sebagai sebuah atribut, sesungguhnya kata mahasiswa tidak berarti apa-apa selain sebagai kelompok dalam difrensiasi sosial saja. Mahasiswa hanyalah orang yang menjadi anggota satu institusi universitas atau perguruan tinggi dan terikat oleh aturan-aturannya. Sehingga, kata mahasiswa tersebut hanya akan berarti apabila kata itu dimasukan dalam sebuah solidaritas sosial atau pemikiran sosial tertentu yang dipilihnya.

Misalnya, kata mahasiswa menjadi sarat makna ketika ia dimasukan dalam pemikiran sosial marxisme dengan solidaritas sosial orang-orang sosialis. Mahasiswa dalam pemikiran sosial dan solidaritas sosial itu bermakna sebagai penggerak kaum buruh untuk melakukan revolusi menuju masyarakat komunis. Mahasiswa adalah uap untuk ketel dan mesin yang dia adalah para buruh. Tanpa uap, maka mesin itu tidak pernah bekerja. Dan tanpa mesin pula, maka uap itu tidak akan pernah menjadi apapun.
Dalam pemikiran sosial dan solidaritas sosial itu, maka mahasiswa berarti orang-orang yang memperjuangkan kaum buruh dan tani untuk menyampaikan mereka kepada revolusi yang sesuai dengan keyakinan mereka terhadap dialektika historis yang diajarkan mula-mula oleh Karl Marx.

Atau bila kata mahasiswa dimasukan dalam pemikiran dan solidaritas sosial kapitalisme, maka mahasiswa hanyalah sebagai orang-orang yang harus belajar untuk melanggengkan kapitalisme di negerinya dan dunia pada umumnya. Dia harus menjadi profesional sehingga perusahaan yang akan menjadi tempat kerjanya nanti akan menjadi perusahaan sukses yang mendapatkan banyak untung. Jika dia menjadi seorang aktifis mahasiswa, maka dia harus siap nantinya membangun NGO yang akan melaksanakan CSR agar masyarakat tetap mempunyai daya beli untuk produk-produk kapitalisme.

Mahasiswa dalam pemikiran dan solidaritas sosial kapitalisme berarti adalah calon-calon pekerja yang taat terhadap cita-cita untuk mengakumulasikan modal. Menjadi mahasiswa adalah untuk bekerja dan mendapatkan uang yang banyak. Menjadi seorang dokter adalah karena ia mampu meraih banyak uang bila menekuni profesi itu. Menjadi seorang mahasiswa ekonomi adalah karena kelak ia akan dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk menjadi pekerja-pekerja mereka dengan bayaran yang lumayan tinggi dibanding lainnya. Sama halnya ketika menjadi ilmuwan saintis, dia harus menciptakan barang dan penemuan yang layak untuk dipasarkan dan dijual di pasar.

Oleh sebab itu, semua mahasiswa sesungguhnya adalah pejuang. Mereka adalah pejuang untuk pemikiran sosial dan solidaritas sosial yang mereka pilih sendiri baik secara sadar ataupun tidak sadar. Karena itulah, seorang mahasiswa harus sadar dan  memahami benar apakah yang sedang diperjuangkannya.
Karena itulah, sebagaimana kata bangsa hanya akan berarti setelah ada kata setelahnya, kata mahasiswa ini pun hanya akan berarti ketika ada kata yang mengikuti setelahnya. Bila dikatakan bahwa seseorang adalah mahasiswa hedonis, maka dia adalah pejuang bagi pemikiran hedonisme yang dipilihnya baik sadar ataupun tidak sadar. Tidak bisa dikatakan bahwa mahasiswa hedonis itu bukan mahasiswa pejuang.


Tidak bisa mahasiswa yang menunjukan eksistensinya di BEM mengatakan bahwa mahasiswa hedonis bukanlah mahasiswa pejuang hanya karena dia memperjuangkan hedonisme. Seharusnya mahasiswa aktifis BEM itu menyadari bahwa dirinya berkesempatan sama untuk dikatakan mahasiswa lainnya sebagai bukan mahasiswa pejuang karena tidak memperjuangkan apa diperjuangkan oleh mahasiswa tersebut.

Sampai disini, nampaklah bahwa legitimasi terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan itulah yang sesungguhnya menjadi legitimasi bagi sah atau tidaknya suatu pilihan daripada apa yang diperjuangkannya. Karena itulah, sampai kita pada pembahasan apa sebenarnya kebenaran dan keadilan itu? bagaimana cara kita memperolehnya dan bagaimana cara kita memperjuangkannya? Apakah dengan menjadi BEM berarti kita memperjuangkan keadilah dan kebenaran secara tepat? Apakah dengan mengikuti LKTM berarti mahasiswa sudah sah berjuang?
Sampai disini kami telah menjelaskan hal mendasar yang harus diperbincangkan dalam gerakan mahasiswa. Hingga sudah pada bagian terakhir, kami harus menjelaskan apa sebenarnya yang harus diberikan oleh mahasiswa untuk bangsa?
Menjawab pertanyaan itu harus kita dahului dengan pertanyaan lagi. Mahasiswa dengan kata yang mengikutinya apakah yang dimaksud disana? Bangsa dengan kata yang mengikutinya apakah yang dimaksud disana?

Penting dua pertanyaan itu kita jawab karena setiap segala sesuatu harus jelas hal ihwalnya. Mungkin jika tulisan ini tidak ditujukan untuk MITI mahasiswa, barangkali tidak perlu kita repot atau mungkin jelimet memperbincangkan persoalan mendasar ini. Mungkin jika tulisan ini tidak ditujukan untuk MITI mahasiswa, barangkali cukuplah dengan tulisan yang berkobar-bergelora sebagaimana tulisan Soekarno muda ketika memprovokasi masyarakat petani Jawa atau ketika Soekarno tua memprovokasi mahasiswa dengan ucapannya yang terkenal ”vivere vericoloso”.
Sampai disini pembahasan harus kami cukupkan dalam kesempatan kali ini. Dalam kesempatan berikutnya, kami akan membahas lebih terperinci apa dan bagaimana seharusnya mahasiswa bergerak untuk sebuah kebenaran dan keadilan.

Comments :

3 comments to “APA YANG DIBERIKAN MAHASISWA UNTUK BANGSA”

nice post

ekonov said...
on 

hmm...tulisan ini membuka ruang diskusi yang cukup lebar. Ada satu hal yang saya ingin utarakan bahwa kebenaran itu menjadi relatif di sini. Lalu bagaimana jika kata 'mahasiswa' itu dilekatkan pada fungsinya sebagai cadangan keras (iron stock), dan diintegrasikan dengan fungsi yang lain, dan bagaimana mengintegrasikannya? tampaknya wacana itu harus diarahkan ke sana jika memang tulisan ini ditujukan kepada MITI-Mahasiswa.. :)

ellita said...
on 

@ellita, kami tidak bermaksud menyimpan kebenaran menjadi sesuatu yang relatif. tidak seperti itu maksudnya. kami hanya mengutarakan bahwa ada banyak hal yang harus diverifikasi tentang pernyataan2 yang dianggap kebenaran dengan pertanyaan yang kritis. tulisan ini hanya ingin memberikan satu kerangka tentang upaya membangun kesadaran tentang gerakan mahasiswa.
mohon maaf, kami kurang paham dengan istilah iron stock dan arahan dari ungkapan "diintegrasikan dengan fungsi yang lain, dan bagaimana mengintegrasikannya?" mungkin karena kami tidak begitu memahami tentang MITI-Mahasiswa sehingga tidak mampu menangkapnya dengan baik.
terakhir, mohon maaf, kami belum membuat tulisan selanjutnya. insya Allah akan dilanjut di bulan ini.

Anonymous said...
on 

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails