Oleh: Aldani Malau
(Presiden Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Cluster Mahasiswa)
Saat ini sangat mudah untuk mengetahui apakah seseorang itu memiliki sifat kepemimpinan yang bagus atau tidak. Lihat saja bagaimana orang tersebut ketika mengahadapi sebuah kegagalan, apa yang dia katakan ketika gagal, apa yang dikerjakan dan bagaimana tindakannya terhadap orang lain. Ketika orang tersebut cenderung mengalami penurunan dalam kualitas omongan, kualitas pekerjaan dan kualitas tindakan interaksinya terhadap orang lain, maka bisa diindikasikan bahwa orang tersebut tidak memiliki sifat kepemimpinan yang baik (self control). Bagaimana mungkin seseorang akan memimpin orang lain ketika diri sendiri belum mampu dipimpinnya dengan baik. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berikan cobaan kegagalan dalam hidup tapi tetap tenang dalam menghadapi permasalahan dan tidak mengurangi kualitas dari setiap tindakannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki self control yang baik, kemudian orang ini akan mampu dengan tenang menyelesaikan permasalahan dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang dialami.
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi orang yang malah mengeluh atau tidak mau terima dengan kegagalan, disamping akan merugikan dirinya sendiri sebab pekerjaan yang lain menjadi tidak diselesaikan, juga akan merugikan orang lain yang berada di sampingnya. Mengapa merugikan orang lain disekitarnya, orang tersebut harus memahami bahwa dia tidak hidup sendirian tetapi orang lain juga membutuhkannya untuk memberikan peran atau kontribusi dalam membangun kehidupan, sehingga saat dia tidak bekerja maka orang lain juga rugi. Bayangkan kalau ada seorang pemimpin hanya memikirkan dirinya bersama dengan permasalahan yang dihadapi, tentunya akan menyebabkan tidak bekerjanya anggota yang di bawahnya karena tidak ada instruksi pemimpin, yang menyebabkan matinya satu roda organisasi yang seharusnya bisa berpotensi besar membangun dan memberikan perbaikan terhadap masyarakat sekitarnya. Bayangkan saat Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang seperti ini, maka akan banyak sekali roda organisasi yang tidak berjalan, dimana ketika semuanya digabungkan maka roda organisasi bangsa ini yang tidak akan berjalan dengan baik.
Pada berbagai gambaran di atas diperlukan seseorang yang bekerja dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang saat ini ada di depannya, namun tidak asal bekerja begitu saja, orang ini bekerja karena sudah mengetahui apa yang sebenarnya dia kerjakan dan untuk tujuan besar apa pekerjaan ini dilakukan. Demikian juga langkah-langkah apa berikutnya yang akan dilakukannya sudah diketahui dengan mapan, sehingga ketika selesai dari pekerjaan tersebut bisa beranjak pada pekerjaan berikutnya dengan baik. Dan ketika gagal, mampu juga mengendalikan diri dengan tidak berlama-lama menyesali kegagalan dan langsung beranjak ke rencana berikutnya.
Seorang pemimpin yang baik dia akan berpikir secara luas, memahami siapa saja stakeholdernya dan apa saja kebutuhan mereka. Sehingga sekecil apapun tindakan yang dilakukan akan menuju ke pada satu arah yang jelas yaitu bagaimana memuaskan seluruh stakeholdernya. Stakeholder tentunya tidaklah terbatas seperti yang sering kita dengar stakeholder perusahaan, namun kita mampu untuk memperhatikan setiap stakeholder kita secara pribadi siapa saja, seperti Allah SWT, keluarga, tetangga, teman kerja, bos, rekan kerja, konsumen serta seluruh masyarakat lain sekitar yang selalu mendapat efek dari setiap tindakan yang kita lakukan. Dengan demikian kita akan mampu bertindak dengan mempertimbangkan seluruh stakeholder. Hasilnya adalah akan didapati bahwa semua orang nyaman dengan keputusan, tindakan dan interaksi yang kita lakukan terhadap mereka. Pada kondisi ini pola pikir luas yang kita miliki disamping menyehatkan diri kita karena mengerjakan segala sesuatu dengan teratur juga akan memberikan dan memperbaiki hubungan baik dengan semua orang. Dengan demikian alangkah indahnya hidup ini ketika seluruh orang senang dengan seluruh tindakan kita, demikian juga orang lain mampu menjalankan peran mereka masing-masing dengan baik dan memperhatikan dampak dari setiap tindakannya secara luas juga (take and give). Pola pikir seperti inilah yang sering kita dengar dengan istilah think globally and act locally.
Ketika berbicara tentang efektifitas dan kualitas tindakan seorang pemimpin, maka tidak akan lepas dari seberapa luas dia memahami isu-isu yang terjadi di dunia kemarin dan saat ini. Kebijaksanaan keputusan dan tindakan juga tidak akan pernah lepas dari seberapa paham dia memahami segala isu-isu yang beredar saat itu. Untuk itulah maka jangan pernah berpikir useless mengurusi dan mengetahui isu-isu yang berkembang saat ini, apakah isu politik, ekonomi, pengetahuan, budaya maupun teknologi. Sebab percaya tidak percaya, sadar tidak sadar pengetahuan yang kita dapatkan ini akan berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan kita sebagai seorang pemimpin.
Demikianlah saat ini di negara yang kita cintai bersama ini didapati banyak sekali protes yang terjadi dari kalangan bawah terkait keputusan seorang pemimpin. Hal ini bisa terjadi karena memang pemimpin tidak mempertimbangkan keputusannya terhadap efek ke masyarakat sekitarnya atau bisa juga orang-orang yang memprotes ini tidak bisa melihat secara keseluruhan dampak dari keputusan tersebut. Fenomena ini menunjukkan pola kepemimpinan itu disamping memimpin orang lain, juga bagaimana memimpin diri sendiri. Disisi lain seorang pemimpin yang mengambil keputusan harus mampu memimpin orang lain dan memberikan keputusan untuk semua golongan dengan bijaksana, namun di lain pihak juga yang dipimpin harus mampu melihat dampak keputusan tersebut jika tidak menguntungkan bagi dirinya tapi menguntungkan bagi orang lain yang lebih banyak di sekitarnya. Jadi berpikir secara luas juga harus dimiliki oleh setiap orang pada dirinya sendiri di saat memimpin maupun dipimpin.
Kebanyakan para pemimpin yang tidak amanah, dimana dengan seenaknya saja mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri (urusan perut semata). Pemimpin seperti ini sudah dapat dipastikan tidak memiliki pola pikir yang luas dan bahkan bisa dikatakan buta akan ilmu pengetahuan. Dia tidak memahami bahwa pada dasarnya segala yang terjadi di muka bumi ini adalah silih berganti. Ketika saat ini dia mampu menipu maka suatu saat nanti diapun akan tertipu. Apabila tidak di dunia, dimana jika dia tidak memahami bahwa segala yang dilakukan tersebut nantinya akan mendapatkan balasan berupa neraka dari Allah SWT di akhirat, maka orang ini dikatakan juga buta akan arti kehidupan dunia yang sesungguhnya dan bisa dikatakan juga seorang pemimpin yang bodoh, karena tidak tahu ilmu pengetahuan tentang hakekat hidup (agama).
Namun fenomena yang terjadi saat ini, disamping permintaan dan keinginan dari masyarakat akan pemimpin yang jujur dan amanah, masyarakat itu sendiri yang ternyata tidak jujur dan amanah dalam memilih siapa pemimpinnya. Masih saja masyarakat tergoda hanya dengan sogokan (urusan perut) yang hanya berumur beberapa menit dan belum tentu menjadi berkah di dalam tubuhnya sehingga mau memilih pemimpin-pemimpin yang tidak amanah. Baru kemudian jika sudah terjadi kepemimpinan yang semena-mena dari pemimpin yang dipilih, maka akan muncul protes disana-sini dari orang-orang yang memilih itu juga. Demikian seterusnya pada saat akan melakukan pemilihan pemimpin baru lagi, maka tetap orang yang protes tadi memilih pemimpin yang sudah seenaknya itu untuk menjadi pemimpinnya, kembali lagi hanya karena kesenangan perut sesaat. Siklus ini menjadi sebuah rutinitas dalam fenomena kepemimpinan. Jadi sulit menyalahkan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap kepemimpinan yang sudah mengalami krisis yang sangat buruk di tengah-tengah kehidupan saat ini. Belum lagi banyak sekali warga masyarakat tidak mampu membedakan mana tindakan pemimpin yang baik dan mana yang tidak baik. Lagi-lagi kembali kepada masalah perut, asal sudah ada ganjalan, maka apapun kata pemimpin yang meskipun mudharatnya sangat besar ke depannya maka akan diterima begitu saja oleh warga sekitarnya. Jadi sama-sama pemimpin yang tidak memiliki ilmu (tidak mengetahui makna kepemimpinan dan tugasnya) memimpin masyarakat yang juga tidak berilmu.
Sehingga menjadi tugas semua pihak untuk mengembalikan ini semua, tidak bisa seseorang hanya memprotes bentuk kepemimpinan yang baik, namun di lain pihak juga harus memperbaiki diri sendiri menjadi bawahan yang mampu memimpin dirinya sendiri. Perlu disadari juga oleh semua orang bahwa yang namanya pemimpin yang ada saat ini akan ganti juga, apakah karena digantikan secara paksa atau memang pensiun atau atas panggilan Allah SWT. Sehingga apabila seluruh yang dipimpin memiliki kepribadian dan kepemimpinan diri yang baik, maka tentunya orang-orang inilah yang akan menggantikan pimpinan tersebut, sehingga dihasilkan pemimpin yang amanah.
Pada akhirnya semua akan dikembalikan kepada diri masing-masing untuk mampu berpikiran secara luas tentang seluruh aktivitas yang dikerjakan. Tapi tidak pernah lupa mengerjakan hal-hal yang saat itu berada di hadapannya dan bisa dengan segera dilaksanakan. Think globally and act locally, kata-kata ini tepat sekali kita resapi bersama, menjadikan diri menjadi orang-orang yang produktif setiap saat yang pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang siap menjadi pemimpin-pemimpin baru di masa yang akan datang.
(Presiden Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia Cluster Mahasiswa)
Saat ini sangat mudah untuk mengetahui apakah seseorang itu memiliki sifat kepemimpinan yang bagus atau tidak. Lihat saja bagaimana orang tersebut ketika mengahadapi sebuah kegagalan, apa yang dia katakan ketika gagal, apa yang dikerjakan dan bagaimana tindakannya terhadap orang lain. Ketika orang tersebut cenderung mengalami penurunan dalam kualitas omongan, kualitas pekerjaan dan kualitas tindakan interaksinya terhadap orang lain, maka bisa diindikasikan bahwa orang tersebut tidak memiliki sifat kepemimpinan yang baik (self control). Bagaimana mungkin seseorang akan memimpin orang lain ketika diri sendiri belum mampu dipimpinnya dengan baik. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berikan cobaan kegagalan dalam hidup tapi tetap tenang dalam menghadapi permasalahan dan tidak mengurangi kualitas dari setiap tindakannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki self control yang baik, kemudian orang ini akan mampu dengan tenang menyelesaikan permasalahan dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang dialami.
Bisa dibayangkan bagaimana kondisi orang yang malah mengeluh atau tidak mau terima dengan kegagalan, disamping akan merugikan dirinya sendiri sebab pekerjaan yang lain menjadi tidak diselesaikan, juga akan merugikan orang lain yang berada di sampingnya. Mengapa merugikan orang lain disekitarnya, orang tersebut harus memahami bahwa dia tidak hidup sendirian tetapi orang lain juga membutuhkannya untuk memberikan peran atau kontribusi dalam membangun kehidupan, sehingga saat dia tidak bekerja maka orang lain juga rugi. Bayangkan kalau ada seorang pemimpin hanya memikirkan dirinya bersama dengan permasalahan yang dihadapi, tentunya akan menyebabkan tidak bekerjanya anggota yang di bawahnya karena tidak ada instruksi pemimpin, yang menyebabkan matinya satu roda organisasi yang seharusnya bisa berpotensi besar membangun dan memberikan perbaikan terhadap masyarakat sekitarnya. Bayangkan saat Indonesia dipimpin oleh orang-orang yang seperti ini, maka akan banyak sekali roda organisasi yang tidak berjalan, dimana ketika semuanya digabungkan maka roda organisasi bangsa ini yang tidak akan berjalan dengan baik.
Pada berbagai gambaran di atas diperlukan seseorang yang bekerja dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang saat ini ada di depannya, namun tidak asal bekerja begitu saja, orang ini bekerja karena sudah mengetahui apa yang sebenarnya dia kerjakan dan untuk tujuan besar apa pekerjaan ini dilakukan. Demikian juga langkah-langkah apa berikutnya yang akan dilakukannya sudah diketahui dengan mapan, sehingga ketika selesai dari pekerjaan tersebut bisa beranjak pada pekerjaan berikutnya dengan baik. Dan ketika gagal, mampu juga mengendalikan diri dengan tidak berlama-lama menyesali kegagalan dan langsung beranjak ke rencana berikutnya.
Seorang pemimpin yang baik dia akan berpikir secara luas, memahami siapa saja stakeholdernya dan apa saja kebutuhan mereka. Sehingga sekecil apapun tindakan yang dilakukan akan menuju ke pada satu arah yang jelas yaitu bagaimana memuaskan seluruh stakeholdernya. Stakeholder tentunya tidaklah terbatas seperti yang sering kita dengar stakeholder perusahaan, namun kita mampu untuk memperhatikan setiap stakeholder kita secara pribadi siapa saja, seperti Allah SWT, keluarga, tetangga, teman kerja, bos, rekan kerja, konsumen serta seluruh masyarakat lain sekitar yang selalu mendapat efek dari setiap tindakan yang kita lakukan. Dengan demikian kita akan mampu bertindak dengan mempertimbangkan seluruh stakeholder. Hasilnya adalah akan didapati bahwa semua orang nyaman dengan keputusan, tindakan dan interaksi yang kita lakukan terhadap mereka. Pada kondisi ini pola pikir luas yang kita miliki disamping menyehatkan diri kita karena mengerjakan segala sesuatu dengan teratur juga akan memberikan dan memperbaiki hubungan baik dengan semua orang. Dengan demikian alangkah indahnya hidup ini ketika seluruh orang senang dengan seluruh tindakan kita, demikian juga orang lain mampu menjalankan peran mereka masing-masing dengan baik dan memperhatikan dampak dari setiap tindakannya secara luas juga (take and give). Pola pikir seperti inilah yang sering kita dengar dengan istilah think globally and act locally.
Ketika berbicara tentang efektifitas dan kualitas tindakan seorang pemimpin, maka tidak akan lepas dari seberapa luas dia memahami isu-isu yang terjadi di dunia kemarin dan saat ini. Kebijaksanaan keputusan dan tindakan juga tidak akan pernah lepas dari seberapa paham dia memahami segala isu-isu yang beredar saat itu. Untuk itulah maka jangan pernah berpikir useless mengurusi dan mengetahui isu-isu yang berkembang saat ini, apakah isu politik, ekonomi, pengetahuan, budaya maupun teknologi. Sebab percaya tidak percaya, sadar tidak sadar pengetahuan yang kita dapatkan ini akan berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan kita sebagai seorang pemimpin.
Demikianlah saat ini di negara yang kita cintai bersama ini didapati banyak sekali protes yang terjadi dari kalangan bawah terkait keputusan seorang pemimpin. Hal ini bisa terjadi karena memang pemimpin tidak mempertimbangkan keputusannya terhadap efek ke masyarakat sekitarnya atau bisa juga orang-orang yang memprotes ini tidak bisa melihat secara keseluruhan dampak dari keputusan tersebut. Fenomena ini menunjukkan pola kepemimpinan itu disamping memimpin orang lain, juga bagaimana memimpin diri sendiri. Disisi lain seorang pemimpin yang mengambil keputusan harus mampu memimpin orang lain dan memberikan keputusan untuk semua golongan dengan bijaksana, namun di lain pihak juga yang dipimpin harus mampu melihat dampak keputusan tersebut jika tidak menguntungkan bagi dirinya tapi menguntungkan bagi orang lain yang lebih banyak di sekitarnya. Jadi berpikir secara luas juga harus dimiliki oleh setiap orang pada dirinya sendiri di saat memimpin maupun dipimpin.
Kebanyakan para pemimpin yang tidak amanah, dimana dengan seenaknya saja mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri (urusan perut semata). Pemimpin seperti ini sudah dapat dipastikan tidak memiliki pola pikir yang luas dan bahkan bisa dikatakan buta akan ilmu pengetahuan. Dia tidak memahami bahwa pada dasarnya segala yang terjadi di muka bumi ini adalah silih berganti. Ketika saat ini dia mampu menipu maka suatu saat nanti diapun akan tertipu. Apabila tidak di dunia, dimana jika dia tidak memahami bahwa segala yang dilakukan tersebut nantinya akan mendapatkan balasan berupa neraka dari Allah SWT di akhirat, maka orang ini dikatakan juga buta akan arti kehidupan dunia yang sesungguhnya dan bisa dikatakan juga seorang pemimpin yang bodoh, karena tidak tahu ilmu pengetahuan tentang hakekat hidup (agama).
Namun fenomena yang terjadi saat ini, disamping permintaan dan keinginan dari masyarakat akan pemimpin yang jujur dan amanah, masyarakat itu sendiri yang ternyata tidak jujur dan amanah dalam memilih siapa pemimpinnya. Masih saja masyarakat tergoda hanya dengan sogokan (urusan perut) yang hanya berumur beberapa menit dan belum tentu menjadi berkah di dalam tubuhnya sehingga mau memilih pemimpin-pemimpin yang tidak amanah. Baru kemudian jika sudah terjadi kepemimpinan yang semena-mena dari pemimpin yang dipilih, maka akan muncul protes disana-sini dari orang-orang yang memilih itu juga. Demikian seterusnya pada saat akan melakukan pemilihan pemimpin baru lagi, maka tetap orang yang protes tadi memilih pemimpin yang sudah seenaknya itu untuk menjadi pemimpinnya, kembali lagi hanya karena kesenangan perut sesaat. Siklus ini menjadi sebuah rutinitas dalam fenomena kepemimpinan. Jadi sulit menyalahkan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap kepemimpinan yang sudah mengalami krisis yang sangat buruk di tengah-tengah kehidupan saat ini. Belum lagi banyak sekali warga masyarakat tidak mampu membedakan mana tindakan pemimpin yang baik dan mana yang tidak baik. Lagi-lagi kembali kepada masalah perut, asal sudah ada ganjalan, maka apapun kata pemimpin yang meskipun mudharatnya sangat besar ke depannya maka akan diterima begitu saja oleh warga sekitarnya. Jadi sama-sama pemimpin yang tidak memiliki ilmu (tidak mengetahui makna kepemimpinan dan tugasnya) memimpin masyarakat yang juga tidak berilmu.
Sehingga menjadi tugas semua pihak untuk mengembalikan ini semua, tidak bisa seseorang hanya memprotes bentuk kepemimpinan yang baik, namun di lain pihak juga harus memperbaiki diri sendiri menjadi bawahan yang mampu memimpin dirinya sendiri. Perlu disadari juga oleh semua orang bahwa yang namanya pemimpin yang ada saat ini akan ganti juga, apakah karena digantikan secara paksa atau memang pensiun atau atas panggilan Allah SWT. Sehingga apabila seluruh yang dipimpin memiliki kepribadian dan kepemimpinan diri yang baik, maka tentunya orang-orang inilah yang akan menggantikan pimpinan tersebut, sehingga dihasilkan pemimpin yang amanah.
Pada akhirnya semua akan dikembalikan kepada diri masing-masing untuk mampu berpikiran secara luas tentang seluruh aktivitas yang dikerjakan. Tapi tidak pernah lupa mengerjakan hal-hal yang saat itu berada di hadapannya dan bisa dengan segera dilaksanakan. Think globally and act locally, kata-kata ini tepat sekali kita resapi bersama, menjadikan diri menjadi orang-orang yang produktif setiap saat yang pada akhirnya akan menjadi orang-orang yang siap menjadi pemimpin-pemimpin baru di masa yang akan datang.
Comments :
0 comments to “Think Globally and Act Locally””
Post a Comment