Oleh: Cahya Hw. *)
Di kalangan akademisi yang lekat dengan kegiatan ilmiah, aktivitas menulis tak bisa dan tak boleh ditinggalkan. Di lingkungan yang penuh budaya ilmiah tersebut, ada sebuah jenis tulisan yang khas dengan dunia itu, yakni karya tulis ilmiah. Sudahkah kita –sebagai akademisi dan (calon) ilmuwan-- mengenalnya?
Aktivitas kepenulisan tak bisa dilepaskan dari rangkaian aktivitas pembelajaran. Bagi para penuntut ilmu, menulis adalah salah satu cara mengakselerasi peningkatan pemahaman. Karena menulis berarti menuangkan kembali semua ilmu dan pengetahuan tentang suatu tema yang pernah ditampung dalam memori, dengan sistematika dan kombinasi simpulan-simpulan pengetahuan.
Dalam tulisan yang pernah penulis buat di blog, ada sebuah analogi antara menuntut ilmu (membaca, ekplorasi, riset) dan menulis dengan sistem pencernaan. Saat kita menerima ilmu pengetahuan, kita memberikan input ‘makanan’ pada otak kita. Ilmu dan pengetahuan yang merupakan ‘makanan’ kita itu, setelah masuk akan diolah, dicerna di dalam ‘alat pencernaan’ pengetahuan, yakni otak manusia. Dari hasil proses ‘pencernaan’ itulah kita akan memperoleh kesimpulan baru, wawasan baru, atau sistematika pengetahuan baru yang kemudian disimpan rapi dalam memori kita. Pengetahuan dan ilmu itu disimpan dalam ingatan kita, dan siap di-recall jika sewaktu-waktu diperlukan. Namun, jangan sampai pengetahuan yang tersimpan dalam memori ini dibiarkan begitu saja, tanpa sering digunakan. Jika seperti itu, suatu saat memori itu akan mengalami obsolete dan lama-kelamaan akan mengalami degradasi, sehingga data-data pengetahuan itu akan lenyap sedikit demi sedikit. Maka, untuk memperkuat penyimpanan di memori itu dilakukan dengan menulis. Dengan menulis, simpanan pengetahuan itu dikeluarkan lagi dan dirangkai-kombinasikan, menghasilkan pemahaman baru yang lebih mendalam.
Bagaimana dengan kalangan akademisi yang kesehariannya berkecimpung dengan ilmu pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan akademik dan ilmiah mereka? Semestinya itu semua disempurnakan dengan produk-produk tulisan sebagai output dari kegiatan-kegiatan mereka itu. Sehingga dapat melipatgandakan kebermanfaatannya dengan adanya publikasi karya ilmiah itu. Dan tulisan ilmiahlah salah satu produk itu.
Apakah Karya Tulis Ilmiah Itu?
Karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Contoh karya tulis ilmiah adalah laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, termasuk juga laporan praktikum dan laporan kerja praktek. Bentuk publikasi karya ilmiah tidak melulu berbentuk laporan atau jurnal, namun bisa dalam bentuk artikel ilmiah populer yang dimuat di media massa (baik cetak maupun elektronik).
Ada pelbagai jenis tulisan, yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu. Demikian halnya dengan karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah tergolong dalam tulisan non berita dan non fiksi. Berdasarkan isinya termasuk karangan argumentasi. Yang membedakan secara jelas dengan jenis tulisan lainnya, karya tulis ilmiah adalah hasil penelitian, pengamatan atau pembuktian, disusun dengan sistematika dan cara penulisan yang sudah dibakukan (meski formatnya pun mengikuti kebutuhan atau apa yang diinginkan oleh yang menerbitkan tulisan ilmiah), dengan bahasa yang baku, dan biasanya menggunakan istilah-istilah ilmiah.
Sebagaimana tadi disebutkan, sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah). Bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat di sana. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasikan. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, secara umum meminta penulis untuk menjawab pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas di bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan untuk memecahkan masalah umumya dikemukakan di Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain semacamnya. Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan di bagian Diskusi atau Pembahasan.
Tentunya sistematika karya ilmiah seperti di atas bukan harga mati. Sistematikanya sangat bergantung pada tradisi masyarakat keilmuan di bidang terkait serta jenis karya ilmiahnya. Dalam suatu karya ilmiah yang memiliki tingkat formalitas tinggi, seperti skripsi, sistematika penulisannya lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-saran) di bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal.
Untuk Apa Sih Karya Tulis Ilmiah Itu?
Di depan sudah sedikit disinggung tentang perlunya membudayakan aktivitas menulis, terlebih lagi bagi para akademisi dan kalangan ilmuwan. Berikut ini beberapa hal mendasar yang menjadi alasan kenapa karya tulis ilmiah itu menjadi sangat perlu.
1. Aktualisasi diri dalam proses pembelajaran
Aktivitas belajar bukan hanya terpaku dengan mengumpulkan ilmu, pengetahuan, wawasan semata. Namun, salah satu yang penting dalam pembelajaran adalah praktek dan implementasi ilmu yang telah diperolehnya, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul, untuk mengatasi masalah yang timbul. Maka dibutuhkanlah analisis, pengamatan, riset untuk menjawab itu semua.
Dari sana akan dilahirkan banyak ide, solusi, alternatif penyelesaian terhadap pelbagai persoalan yang ada. Maka semua itu haruslah disampaikan kepada orang lain, dengan mempublikasikannya. Nah, menulis karya ilmiah merupakan sarana melatih mengungkapkan pikiran-pikiran secara tertib, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Publikasi hasil penelitian / kegiatan ilmiah
Hasil penelitian yang dipublikasikan akan dapat menjadi referensi bagi kalangan akademisi atau ilmuwan yang lain dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang terus-menerus. Dengan begini maka penulisan karya tulis ilmiah dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Pendidikan masyarakat
Ilmu yang senantiasa berkembang dengan temuan-temuan baru akan menjadi sia-sia jika tidak tersebar luas, hanya menjadi milik kalangan ilmuwan secara eksklusif. Padahal tujuan pengembangan ilmu pengetahuan adalah digunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan umat manusia. Maka hasil-hasil kegiatan akademis dan keilmuan hendaknya disampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga seiring waktu berjalan mereka juga bisa mengikuti perkembangan ilmu dan menggunakannya untuk kebutuhan mereka.
Tema Yang Diangkat
Ada banyak sekali topik yang bisa diangkat sebagai tema karya ilmiah, dapat berdasarkan permasalahan di masyarakat, potensi daerah, isu aktual, pengembangan keilmuan, dan sebagainya. Tentunya ada kriteria manakah yang baik untuk diangkat. Kriteria itu adalah tema harus aktual, faktual, penting, menarik dan mengandung hal baru.
Bagaimana Memunculkan Ide?
Ide bisa diperoleh di mana saja, dari apa saja. Ada berbagai alternatif yang dapat menjadi sumber ide. Beberapa di antaranya adalah:
Observasi, mencermati kejadian melalui eksporasi langsung atau media massa,
Ketika kita berekplorasi, kita akan menemukan berbagai masalah yang perlu diselesaikan, atau ada hal-hal yang harus dijawab dan dibuktikan. Maka hal ini dapat menjadi dasar bagi dilaksanakannya penelitian untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, atau menjawab pertanyaan yang ada.
Telaah pustaka,
Publikasi hasil penelitian, entah dalam laporan, jurnal, prosiding, biasanya akan ada saran dan rekomendasi untuk melakukan penelitian lanjutan, karena setiap penelitian dilakukan spesifik pada suatu poin. Apabila tema yang berkaitan dengan penelitian cukup luas, maka akan direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti aspek-aspek yang lain.
Interview dengan pakar,
Pakar merupakan sumber ilmu yang hidup, dan dari sana akan banyak saran dan masukan tentang hal yang bisa diangkat sebagai tema penelitian.
Bersosialisasi
Ngobrol dengan teman jangan dianggap tidak bisa menjadi sumber ide. Bahkan pembicaraan yang biasanya tidak formal seperti ini justru sering memunculkan inspirasi.
Setelah ide secara umum diperoleh, tidak bisa langsung menjadi dasar penelitian karena bisa jadi masih terlalu luas. Maka kita membutuhkan pemfokusan. Tentukan central idea, persempit topik, lalu temukan titik.
Proses Kreatif dalam Menulis
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Seperti layaknya pelukis yang memiliki imajinasi lukisan, penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendati secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tapi wujud yang akan dihasilkan sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Namun, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak kena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya ilmiah, dan sebagainya) melalui keempat tahap ini. Harap diingat, proses kreatif tidak identik dengan langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau prapenulisan adalah ketika kita menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapi, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika kita memproses informasi yang dimiliki sedemikian rupa, sehingga mengantarkan pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicari. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya sampai telur menetas menjadi anak ayam. Proses ini seringkali terjadi secara tidak disadari, dan memang berlangsung dalam kawasan bawah sadar (subconscious) yang pada dasarnya melibatkan proses perluasan pikiran (expanding of the mind). Proses ini dapat berlangsung beberapa detik sampai bertahun-tahun. Biasanya, ketika seorang penulis melalui proses ini seakan-akan ia mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, tidak jarang seorang penulis yang tidak sabar mengalami frustrasi karena tidak menemukan pemecahan atas masalah yang dipikirkannya. Seakan-akan kita melupakan apa yang ada dalam benak kita. Kita berekreasi dengan anggota keluarga, melakukan pekerjaan lain, atau hanya duduk termenung. Kendatipun demikian, sesungguhnya di bawah sadar kita sedang mengalami proses pengeraman yang menanti saatnya untuk segera “menetas”.
Ketiga, tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain. Jika hal-hal itu terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat, jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung lama. Tentu saja untuk peristiwa tertentu, kita menuliskannya setelah selesai melakukan pekerjaan. Jangan sampai ketika kita sedang mandi, misalnya, kemudian keluar hanya untuk menuliskan gagasan. Agar gagasan tidak menguap begitu saja, seorang pembelajar menulis yang baik selalu menyediakan ballpoint atau pensil dan kertas di dekatnya, bahkan dalam tasnya ke mana pun ia pergi.
Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Jadi, pada tahap ini kita menguji dan menghadapkan apa yang kita tulis itu dengan realitas sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tips Menang Lomba Karya Ilmiah
Tidak sedikit ajang perlombaan karya tulis ilmiah untuk mahasiswa atau pun umum, mulai dari PKM dan LKTM di tingkat nasional, juga yang diselenggarakan oleh kampus maupun lembaga mahasiswa. Kesempata besar bagi kita untuk menjajal kemampuan dalam menyusun karya ilmiah. Tentunya banyak manfaat ketika mengikuti ajang semacam itu, selain mengasah kemampuan juga akan menambah motovasi jika ‘kebetulan’ menjadi pemenang.
Berikut ini beberapa tips umum agar memiliki kemungkinan lebih besar memenangkan even lomba penulisan karya ilmiah.
Format sesuai yang diminta
Format tulisan merupakan gerbang pertama yang akan dinilai. Apabila syarat administratif ini tidak terpenuhi, maka karya tulis yang dikirim akan segera dilempar ke keranjang sampah.
Minim atau tidak ada kesalahan dalam teknis penulisan
Penggunaan kata, tanda baca, penulisan catatan kaki, daftar pustaka, dan lain-lain harap juga diperhatikan.
Penggunaan bahasa yang benar
Bahasa karya tulis jelas tidak boleh menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari. Maka aspek kebakuan dan kesesuaian dengan EYD adalah salah satu syarat mutlak dalam karya tulis ilmiah.
Tema aktual atau ada unsur kebaruan
Bagaimana bisa menarik apabila temanya saja sudah usang? Maka karya tulis ilmiah hendaknya berisi tema yang aktual. Atau ada sesuatu yang baru, baik dalam tema, objek penelitian ataupun metode yang digunakan.
Solutif dan aplikatif
Sebuah karya tulis ilmiah adalah publikasi dari kegiatan penelitian, yang tentu ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan begitu, maka apa yang ada di sana tentu harus solutif dalam menyelesaikan masalah tersebut, dan aplikatif untuk dilaksanakan.
Terbiasa menulis (sering latihan dan praktek menulis)
Tiada tips paling manjur untuk dapat menang lomba kepenulisan selain harus sering latihan menulis. Seseorang yang ingin memiliki kualitas tulisan yang baik hendaknya terus mengasah kemampuan menulisnya dengan terus praktek menulis. Menulis apa saja, terutama menulis bebas. Orang yang sering menulis dan tidak akan sangat terlihat bedanya. Yang jarang menulis akan terlihat kaku, kering, sistematika, kohesifitas dan koherensi lemah, kurang mengalir, dan sebagainya. Sebaliknya, orang yang telah terbiasa menulis, tulisannya akan enak dibaca, mengalir, segar, kaya akan pilihan kata, serta luwes.
Yo, segeralah berlatih menulis. Menulis yuuuk!! [ ]
(Disusun dari berbagai sumber)
**) Penulis saat ini aktif di Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia cluster Mahasiswa,
sebagai Ketua Bidang Pembinaan Wilayah.
Comments :
0 comments to “Membuat Karya Tulis Ilmiah, Siapa Takut?”
Post a Comment